Kamis, 16 Oktober 2014

Acara Isra' Mi'raj


Pembukaan

Hikmah Isra Mi'raj

1. Bersihkan Jiwa Raga untuk Menghadap Allah SWT
     Diriwayatkan, sebelum Isra Mi’raj, Nabi SAW “dibedah” oleh malaikat untuk membersihkan jiwanya dari sifat-sifat buruk. 
Itu menunjukkan, sebelum menghadap Allah SWT untuk menjalankan ibadah, kita harus membersihkan dulu jiwa-raga kita, niat-hati dan jasmani, dari segala kotoran atau najis, dari niat yang tidak ikhlas, dan dari pemahaman-pemahaman yang sesat. Ibadah akan mardud atau tidak sah bila niat kita tidak ikhlas, dinodai bid’ah atau tidak didasari ilmu (QS. Al-Bayyinah: 5, Al-Hajj: 37, Al-Isra: 36 & 84, Al-Ma’un: 6).

Sambutan
Lebih luasnya, kebersihan jiwa-raga adalah suatu keharusan manakala kita menghadap Allah SWT di akhir kelak. Karena, al-Islaamu nazhifun, fatanazh zhafu fa innahu laa yadkhulul jannata illa nazhiif (Islam itu bersih, maka bersihkanlah jiwa-ragamu, karena sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih). Tentu saja, untuk kebersihan itu, “celupan”-nya (shibghah) adalah Islam.

2. Dakwah Perlu Pendung, Tidak Bisa Sendiri
Ketika Abu Thalib dan Siti Khadijah meninggal dunia, Nabi SAW merasa sedih luar biasa, sehingga tahun itu dinamakan Amul Hazn (Tahun Kesedihan). 

Itu menunjukkan, dalam berdakwah orang perlu pelindung, pendukung, atau pemacu semangat. Seorang dai perlu tema natau pendamping. Siti Khadijah merupakan simbol seorang istri atau wanita yang menunjang perjuangan suami dalam berdakwah.


 3. Bukti Kekuasaan Allag SWT
Dalam QS. 17: 1 Allah SWT menyatakan, Isra’ Mi’raj bertujuan antara lain untuk memperlihatkan sebagian ayat atau tanda (bukti) kekuasaan-Nya. 
pembacaan Ayat Suci Al Qur'an
Hal itu merupakan sinyal, kita pun harus memperhatikan ayat-Nya sehingga keimanan akan eksistensi dan kekuasaan Allah SWT tertanam kuat dalam diri. Ayat-ayat itu meliputi ayat qauliyah (firman Allah yang terhimpun dalam Alquran) dan ayat kauniyah (segala ciptaan Allah SWT).

4. Peduli Al-Aqsha
Salah satu tempat yang terkait dengan Isra’ Mi’raj adalah Masjid Aqsha. Setidaknya, momentum peringatan Isra’ Mi’raj kali ini dapat dijadikan momentum bangkitnya kepedulian terhadap nasib Al-Aqsha dan Muslim Palestina. Apalagi ada sinyal kaum Zionis hendak meruntuhkan masjid tersebut dan melenyapkan simbol-simbol Islam di Jerusalem.
Sambutan Ketua Panitia

5. Shalat Tiang Agama Islam
“Oleh-oleh” utama Isra’ Mi’raj adalah perintah shalat. Shalat adalah satu-satunya kewajiban dan menjadi kebutuhan umat Islam yang amar-nya diturunkan langsung oleh Allah SWT. 
Hal itu menunjukkan betapa tingginya posisi ibadah shalat. Wajar, kalau kemudian shalat, sebagaimana tersebut dalam sejumlah hadis Nabi SAW, shalat merupakan:
  •  “Tiang agama”, akan runtuh keislaman seseorang jika meninggalkan atau tidak mendirikan shalat. 
  • Shalat merupakan penentu diterima-tidaknya amal saleh seseorang serta menjadi ibadah (ritual) paling utama dalam Islam. 
  • Shalat juga merupakan amal perbuatan yang pertama kali dihisab di akhirat dan menentukan baik-buruknya amal seseorang.
  • Shalat merupakan pembeda antara umat Islam dan kaum kafirin
  • Penentu kebaikan dan keburukan amal seseorang (QS. 29: 45, 70: 19-23)
  • pembacaan Kitab Alberjanji
  • Shalat merupakan manifestasi inti akidah Islam (tauhid).
Pada bulan Rajab, khususnya momentum peringatan Isra’ Mi’raj, seyogianya kita mengevaluasi shalat kita selama ini: sudahkah dilaksanakan sesuai sunnah Rasul? Sudah pahamkah kita akan makna bacaan dan gerakan shalat? Sudah khusyukah shalat kita selama ini? Berdampakkah shalat kita pada perilaku keseharian?

 

Mauidhoh hasanah

Tiga Golongan Musholi

Dalam Al-Quran setidaknya disebutkan tiga golongan mushali atau pelaku shalat. 
  1. Khasyi’un
  2. Sahun
  3. Yuraun. 
Golongan khasyi’un (adalah mereka yang mendirikan shalat dengan sungguh-sungguh (khusyu’), mengetahui ilmu shalat, ikhlas dalam mendirikannya, menjadikan shalat sebagai kebutuhan, serta merealisasikan apa yang diucapkannya dalam shalat dalam kehidupan sehari-hari. 
Karenanya, shalat golongan ini berpengaruh terhadap perilakunya, yaitu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar (QS. 29: 45).

Golongan sahun (QS. 107:5) adalah mereka yang melakukan shalat dengan lalai, sering (atau sengaja) lupa karena tidak merasakannya sebagai kebutuhan, dan menganggap shalat sebagai beban.

Snatri cermat mengikuti pengajian
Golongan yuraa’un (QS. 107: 6) adalah mereka yang melakukan shalat dengan niat yang tidak ikhlas, ibadah shalatnya ternodai perasaan atau keinginan dipuji atau dilihat orang lain, motivasi shalatnya bukan kesadaran. 
Demikianlah begitu banyak mutiara hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Saw, utamanya terkait dengan shalat sebagai kewajiban sekaligus kebutuhan utama umat Islam. Wallahu a’lam bish-shawab.



mugo di paringi sehat, diparingi ilmu seng bermanfaat, berokah.. amin ya robbal alamin...

Time is makan-makan soto...

makan Soto.. nyam..nyam......
santri & wali santri makan bareng..



santriwati,, maeme seng okeh ya.... he.. he..

tidak mau ketinggalan juga ,,
ibu nya juga dunk makan hehe..




sebelum bersih2,, exis dulu pokoknya,,.. yang penting kompak aja..
Salam damai selalu... Peace...!!!


































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar